April 19, 2024

Okapimediaplus.com

Seputar Info Terbaru

Eks Panglima TNI yang Diajak Jadi Ketum Demokrat versi KLB sebelum Moeldoko PROFIL Gatot Nurmantyo

Eks Panglima TNI Purnawirawan Gatot Nurmantyo beberapa hari ini kembali muncul ke publik terkait isu Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Demokrat. Dikabarkan, ia sempat diajak untuk mencalonkan diri sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat versi KLB, untuk menggulingkan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Ia menyebut, yang mengajaknya adalah orang yang sama sama membantu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam membangun Partai Demokrat.

Namun, ajakan ini ia tolak karena mengingat asa SBY yang melancarkan perjalan karirnya di dunia militer. Ajakan itu terjadi sebelum terpilihnya Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko jadi Ketum Demokrat versi KLB. Lalu, siapakah sosok Gatot Nurmantyo ?

Melansir , Gatot lahir di Tegal, Jawa Tengah tanggal 13 Maret 1960. Ayahnya berasal daro Cilacap, sementara ibunya merupakan warga asal Solo. Sejak kecil, ia memang sudah lahir dari keluarga dengan background militer.

Ayahnya bernama Suwantyo, sempat menjabat sebagi Letnman Kolonet Infanteri di Kodam XIII/Merdeka Sulawesi Utara. Gatot sendiri juga merupakan lulusan Akademi Militer angkatan tahun 1982. Walaupun, karir militer ini tak pernah ia pikirkan sebelumnya.

Bahkan, ia malah bercita cita sebagai arsitek. "Saya ingin jadi arsitek," katanya di program "Satu meja" yang ditayangkan Kompas TV, Senin (3/10/2016). Diberitakan sebelumnya, sebelum ditarik ke Jakarta, Gatot Nurmantyo pernah berdinas di Papua menjadi Komandan Kodim 1707/Merauke kemudian Komandan Kodim 1701/Jayapura.

Setelah pindah ke Jakarta, karier Gatot Nurmantyo semakin menanjak. Ia pernah menjadi Komandan Komando Pembinaan Doktrin, Pendidikan dan Latihan TNI Angkatan Darat (Kodiklat), Panglima Komando Daerah Militer V/Brawijaya, dan Gubernur Akademi Militer. Kemudian pada 2013, ia diangkat menjadi Panglima Komando Cabang Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) ke 35.

Setahun menjabat Pangkostrad, Gatot Nurmantyo menjadi Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD) pada 2014–2015. Tahun 2015, tepatnya 9 Juni, Gatot dipilih Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagi calon tunggal Panglima TNI. Setelah lolos dalam uji kepatutan dan kelayakan di DPR, Gatot dilantik menjadi Panglima TNI menggantikan Moeldoko yang pensiun pada 1 Agustus 2015.

Gatot Nurmantyo resmi pensiun pada 31 Maret 2018. Sebelum pensiun, posisinya digantikan oleh Marsekal Hadi Tjahjanto yang saat itu menjabat Kepala Staf TNI Angkatan Udara. Ia tercatat menjadi prajurit TNI selama 36 tahun sejak 1982.

Masih dari sumber yang sama, gerakan bernama Koalisi Aksi Menyelematkan Indonesia (KAMI) dideklarasikan di Tugu Proklamasi Jakarta Pusat, Selasa (18/7/2020). Gatot Nurmantyo menjadi deklarator pada gerakan ini. Tak hanya itu, ia juga menjadi satu di antara Presidium KAMI bersama Din Syamsuddin dan Rochmat Wahab. Saat deklarasi KAMI, Gatot Nurmantyo mengingatkan ancaman perang proksi atau proxy war di Indonesia.

"Pada tanggal 10 Maret 2014 saya berkesempatan dialog dengan civitas akademika Universitas Indonesia," kata Gatot dikutip dari akun Youtube Realita TV, Selasa (18/8/2020). "Saya berbicara antara lain tentang proxy war, yang kini telah menjadi ancaman luar biasa terhadap kedaulatan suatu bangsa," lanjut dia. Selain di Jakarta, Gatot juga mendeklarasikan KAMI di Jawa Tengah dan DIY di Solo, Kamis (20/8/2020).

Eks Panglima TNI Jenderal Purnawirawan Gatot Nurmantyo mengaku dirinya sempat ditawari seseorang untuk menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat versi Kongres Luar Biasa (KLB). Gatot menyebut, orang tersebut sama sama membantu Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam membangun Demokrat. Mantan Panglima TNI itu kembali menjelaskan orang itu merupakan eks kader Demokrat, yang keluar dari partai dan mengabdi dari luar.

Kata Gatot, ketika berhembus kabar tentang adanya KLB, sosok ini mendatanginya. "Ketika ada informasi tentang KLB, datang kepada saya, terus saya sampaikan coba dalami lagi," ucapnya. Lalu, setelah AHY melakukan konferensi pers tentang KLB, orang itu kembali mengajaknya.

"Beliau ini datang kepada saya, menyampaikan bahwa ini sudah pasti akan terjadi dan tidak bisa ditolong lagi." "' Maka Tolong pak gatot ikut KLB '. Lalu, saya tanya bagaimana prosesnya. Yang pertama adalah mosi tidak percaya atau menurunkan AHY, baru itu diadakan pemilihan." 'Saya jamin pak Gatot pasti menang' ," ungkapnya.

Ajakan itu ditolak Gatot mengingat jasa SBY yang telah membantunya berkarir di dunia militer. Baginya, ajakan ini tidak sesuai dengan moralitas dan etika. "Saya sampaikan bahwa harus menurunkan AHY. Ini sesuatu yang moralitas dan etika saya tidak bisa, karena saya dari Brigjen Mayjen jaman SBY."

"Kemudian bintang tiga sampai dengan jabatan Pangkostrad itu jamannya pak SBY, saya pun Kasat sama juga seperti itu," tuturnya. Menanggapi keterlibatan Moeldoko yang juga purnawirawan TNI, ia menyinggung soal etika dan kehormatan prajurit. "Saya lebih ingin berbicara terdepan, mengajak siapapun mantan prajurit TNI yang ingin melanjutkan pengabdian melalui bidang politk."

"Mari bersama sama kita melandasinya dengan etika dan kehormatan prajurt. Etika politik yang berkerpibadian," pungkasnya, dikutip dari tayangan Mata Najwa, Rabu (10/3/2021). Bahkan, Gatot mengakui, sudah bertemu dan berdiskusi dengan Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko sebelum KLB terjadi. Ia sama sekali tak terkejut atas prosesi KLB yang terjadi pada Jumat (5/3) lalu, di Deli Serdang, Sumatera Utara.

"Saya sudah bertemu dengan pak Moeldoko," "Sama sekali saya tidak terkejut, karena saya sudah diskusi dengan belaiu tersebut dan semua apa yang disampaikan persis terjadi," kata Gatot.